Rumah Kayu

Sering kali aku membayangkan, aku tidur di bawah pohon rindang di sebuah taman. Di atas pohon itu ada sebuah rumah kayu, tempat aku menuliskan novel berseri yang menjadi harapanku untuk menghidupi keluargaku. Rumah kayu itu terpisah dari rumahku. Isinya pun hanya laptop, rak buku dan bantal.

Saat lelah menulis aku langsung tidur di rerumputan taman. Bermain dengan kucing, anjing dan burung peliharaan. Jika sedang tidak sibuk, seorang wanita keluar rumah, membawakan minuman segar dan beberapa makanan kecil.

Sore harinya kami pergi ke stadion di pusat kota. Menonton tim sepak bola kesayangan kota kami bertanding. Disanalah momen-momen kami berkumpul dengan seluruh warga.

Di malam hari sesekali kami pergi ke sebuah kafe kecil yang tempat duduknya diletakkan di taman. Kadang-kadang aku diminta untuk memainkan gitar dan bernyanyi beberapa lagu. Karena hanya sedikit lagu yang bisa kunyanyikan, maka setiap kali bernyanyi, lagunya cenderung itu-itu aja.

Ketika pulang, kami pulang dengan wajah puas dan bahagia...

Yahh menyenangkan sekali saat momen seperti itu tiba-tiba hadir di dalam pikiran. Tapi memang jika semua terjadi sesuai rencana, hidup seperti tidak menarik lagi, maka aku juga memerlukan momen-momen kegagalan dan kemenangan.

Mungkin ini adalah salah satu ujung pencarian dalam hidupku, mencari tempat di dunia dimana aku bisa merasakan hal-hal itu. Kebahagiaan. Kesederhanaan. Dan melihat semua baik-baik saja dari atas rumah kayu.

Depok, hari ke-3 Ramadhan.

7.12.2013