Rahasia Luna

Luna duduk di dekat kolam kecil di samping rumahnya, kolam itu sudah ada sebelum ia dan Ayahnya pindah ke rumah ini beberapa minggu yang lalu. Ia menggunakan sweater rajutan polos berwarna merah, dengan celana pendek, iseng membuat gemericik air dengan ujung kakinya. Sebelah utara kolam berseberangan dengan Luna, Ayahnya sedang memancing, sambil menikmati segelas kopi. Sebenarnya setelah hujan seperti sore ini, sangat sulit untuk mendapatkan ikan dengan cara memancing, Ayahnya tau itu, tapi beliau sedang bosan, tidak ada yang hal serius yang bisa dikerjakan. Sepertinya ia tidak benar-benar ingin memancing, hanya menikmati sore sambil melamun atau sekedar bernostalgia. Semenjak Ayah dan Ibunya cerai, Ayahnya menjadi seorang yang tidak terlalu banyak bicara.

Luna beranjak dari duduknya, mengambil gitar dari kamarnya dan duduk di bangku kecil di samping Ayahnya, kemudian mulai memainkan lagu The Hard Sun, Eddie Vedder, lagu favorit beliau. Berharap bisa membantu untuk sekedar mencairkan suasana. Ia sering mendapati beliau mendengarkan lagu itu dengan mode "repeat one" di mobil atau sekedar bersiul saat mandi.

Beliau tersenyum, mengelus rambut Luna.
"Terima kasih.."

Seorang pria terlihat berjalan menuju rumah mereka, dia menggunakan topi hitam dan polo shirt putih lusuh, tangan kanannya membawa bungkusan hitam, tidak terlalu besar.

Begitu melihat mereka berdua, pria itu melambaikan tangan. Ayah Luna langsung membalasnya.
"Tunggu sebentar"
Bergegas menaruh pancing di dekat kayu kecil di pinggir kolam, seekor capung hinggap di ujungnya.

Setelah berbicara sedikit, Ayah dan pria itu masuk kedalam rumah, dan Luna masih asyik dengan gitarnya.

Beberapa waktu kemudian, obrolan menjadi seperti sebuah perdebatan, mereka saling membentak. Luna berhenti memainkan gitarnya, mencoba mencuri dengar obrolan mereka. Perdebatan sepertinya semakin memanas.

"DOORRR... !!!"
Suara tembakan, disertai teriakan Ayahnya.

Luna langsung menuju pintu depan rumahnya, terlihat darah mengalir dari dada Ayahnya, pria itu memegang sebuah handgun.

"Lari Luna, la..lari..!!"
Susah payah Ayahnya mengucapkan itu, pria itu yang tadinya tidak menyadari kehadiran Luna, segera membalikkan badan. Mengarahkan moncong pistolnya ke arah Luna.
"Kau juga harus mati bedebah!"

Luna menunduk, tembakan itu mengenai tiang teras rumah, lalu Luna berlari, beruntung tembakan berikutnya juga tidak mengenai sedkitpun tubuhnya. Pria itu terus mengejar..

Sambil berlari, Luna kebingungan..
Kemana ia harus pergi, sedang ia belum tau banyak tentang kota ini..
Mengapa Ayahnya ditembak?
Siapa sebenarnya pria itu?


(Bersambung...)


1.19.2013